Butterbur Sprout

Butterbur Sprout





Deskripsi / Rasa


Kecambah butterbur berukuran kecil dan bergerombol rapat, kuncup bunga belum matang, dengan diameter rata-rata 5 hingga 6 sentimeter, dan terbungkus dalam selubung tipis daun hijau muda yang halus. Kecambah dipanen saat daun bagian luar masih tertutup, dan saat daun dikupas kembali, tunas berwarna hijau pucat dan bulat muncul. Kuncup bunga kecil umumnya tertutup dan kokoh, dan di pangkal kuncup ada tangkai tebal berwarna ungu. Butterbur sprout, saat dimasak, memiliki konsistensi yang renyah dan empuk dengan rasa yang bersahaja, nabati, dan pahit.

Musim / Ketersediaan


Kecambah butterbur tersedia di musim dingin hingga awal musim semi.

Fakta Terkini


Kecambah butterbur, yang secara botani diklasifikasikan sebagai Petasites japonicus, adalah kuncup bunga muda dari tanaman tahunan herba berdaun yang termasuk dalam famili Asteraceae. Di Jepang, kecambah juga dikenal sebagai fukinoto, dan gugusan hijau pucat muncul di akhir musim dingin, sering muncul melalui selimut salju. Kecambah butterbur adalah simbol datangnya musim semi di Jepang. Kecambah adalah salah satu sayuran hijau pertama yang muncul di hutan dan dikenal sebagai sayuran sansei, yang diterjemahkan dari bahasa Jepang menjadi 'sayuran pegunungan'. Sayuran sansai dipanen secara tradisional dengan tangan dan sangat dihormati sebagai bahan khusus. Kecambah butterbur disukai karena rasanya yang pahit, yang diyakini memiliki efek detoksifikasi, dan kuncupnya disiapkan hanya di piring untuk memamerkan rasanya yang menyengat, membuat banyak penduduk setempat mengklaim kuncup tersebut sebagai 'rasa segar musim semi'.

Nilai gizi


Kecambah butterbur adalah sumber serat yang sangat baik, yang dapat membantu mengatur saluran pencernaan, dan menyediakan beta-karoten, vitamin B1, B2, B3, dan C, kalsium, dan kalium. Kuncupnya juga mengandung asam fukinolat dan asam klorogenat, yang dipercaya dapat meningkatkan manfaat anti alergi dan anti inflamasi.

Aplikasi


Kecambah butterbur harus direbus sebelum dikonsumsi karena rasa pahit saat mentah sering dianggap tidak enak. Metode persiapan tradisional untuk sayuran ini melibatkan teknik yang dikenal sebagai aku-nuki, yang berarti 'menghilangkan kekerasan'. Ini dilakukan melalui berbagai metode di Jepang, tetapi merebus kuncup bunga setengah matang dalam air asin selama beberapa menit adalah teknik yang paling populer, dibilas dan diakhiri dengan mandi es. Setelah perlakuan awal, kecambah dapat ditambahkan ke dalam sup seperti udon, soba, dan miso atau direbus sebagai ohitashi, yaitu sayuran matang yang disajikan dengan saus berbahan dasar dashi. Kecambah butterbur juga sering digoreng dan digoreng menjadi tempura. Menggoreng dipercaya dapat membantu mengimbangi rasa pahit dan membantu mempertahankan rasa tunas yang bersahaja. Selain disajikan sebagai hidangan yang berdiri sendiri, kecambah Butterbur dapat dicincang halus dan diaduk menjadi miso untuk membuat hidangan yang dikenal sebagai fukinotou-miso. Miso ini biasanya disajikan di atas nasi, digunakan sebagai saus sayur, atau dicampur dengan ayam, tahu, atau ikan. Tunas yang belum matang harus segera dikonsumsi untuk kualitas dan rasa terbaik, tetapi dapat dibungkus longgar di dalam tas dan disimpan di lemari es hingga satu minggu. Tunas juga bisa direbus setengah matang dan dibekukan selama 3 hingga 6 bulan.

Info Etnis / Budaya


Di Jepang, sayuran sansei seperti kecambah Butterbur telah digunakan untuk tujuan pengobatan selama berabad-abad dan dipuja karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Seluruh tanaman, termasuk akar, batang, dan daunnya, digunakan sebagai obat batuk, lendir berlebih, alergi serbuk sari, dan membantu melancarkan pencernaan. Kecambah butterbur juga digunakan sebagai obat herbal alami untuk asma, batuk rejan, demam, dan kejang. Selain mencari makan tunas untuk keperluan pengobatan, kecambah Butterbur membangkitkan kenangan kuat musim semi, dan banyak keluarga Jepang menghabiskan hari-hari musim dingin bersama-sama mengumpulkan kecambah hijau. Teknik mencari makan secara tradisional diturunkan antar generasi, dan pemanenan liar dilakukan dengan hati-hati untuk melestarikan dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan dari tahun ke tahun, meninggalkan bunga jantan dan betina untuk berkembang biak.

Geografi / Sejarah


Kecambah butterbur berasal dari Asia Tenggara, termasuk Cina, Korea, dan Jepang, dan telah tumbuh liar sejak zaman kuno. Di Jepang, kecambah telah dibudidayakan secara komersial sejak periode Heian, yang berlangsung dari 794 hingga 1185 M, dan tumbuh di tanah musim dingin yang basah di daerah pegunungan Hokkaido, Honshu, Shikoku, Kyushu, dan Okinawa. Kecambah juga ditanam di rumah kaca di Gunma, Fukushima, dan Hokkaido untuk dijual secara komersial. Kecambah butterbur dapat dikumpulkan dari alam liar, dijual di pasar lokal yang segar, dan ditanam di kebun rumah. Di luar Asia, kecambah terkadang dapat ditemukan tumbuh di taman rumah di Amerika Utara dan Eropa, yang pertama kali diperkenalkan oleh imigran Jepang.


Ide Resep


Resep yang termasuk Butterbur Sprout. Satu paling mudah, tiga lebih sulit.
Bintang Chef Pemandangan Februari Satoyama
Cookpad Miso Fukinoto (Butterbur Sprout)
Cookpad Tempura Fukinotou (Butterbur Sprouts)
Hokuriku Expat Kitchen Pasta Miso Fukinotou

Pesan Populer