Shoro

Shoro





Deskripsi / Rasa


Jamur shoro berukuran sangat kecil, rata-rata berdiameter 1-3 sentimeter, dan berbentuk lonjong, lonjong, hingga bulat tanpa tutup atau batang asli, mirip dengan truffle. Ketika muda, daging jamur berwarna putih dan halus dan seiring bertambahnya usia jamur berubah menjadi coklat kekuningan atau abu-abu karena spora yang dihasilkan. Jamur shoro memiliki rasa yang lembut, aroma beraroma pinus, dan dihargai karena teksturnya yang renyah dan dagingnya yang seperti spons yang dapat dengan mudah menyerap rasa yang menyertainya.

Musim / Ketersediaan


Jamur shoro tersedia pada musim semi hingga musim gugur.

Fakta Terkini


Jamur shoro, yang secara botani diklasifikasikan sebagai Rhizopogon rubescens, adalah varietas liar yang dapat dimakan yang merupakan anggota keluarga Rhizopogonaceae. Jamur shoro memiliki mikoriza, atau hubungan simbiosis dengan tumbuhan runjung dan dapat ditemukan tepat di permukaan tanah yang terletak di antara jarum pinus di sekitar batang pohon pinus tertentu. Juga dikenal sebagai 'truffle palsu', jamur Shoro memiliki penampilan yang mirip dengan jenis jamur yang lebih mahal. Favorit di Jepang, jamur Shoro dihargai karena teksturnya yang kenyal dan kenyal, dan konon karena kelangkaan jamurnya, harga lebih dari dua pound atau satu kilogram bisa mencapai $ 550 USD.

Nilai gizi


Jamur shoro mengandung beberapa vitamin D, mangan, kalium, seng, zat besi, dan fosfor.

Aplikasi


Jamur shoro paling cocok untuk aplikasi yang dimasak seperti merebus, menumis, dan merebus. Mereka sering ditemukan dalam sup Jepang, seperti chawanmushi, yang merupakan puding telur gurih dengan daging dan sayuran atau suimono, yang merupakan sup tradisional musim gugur yang dibuat dengan kaldu dashi bening. Mereka juga bisa direndam dan disajikan dengan daging, dicampur menjadi pasta, diiris menjadi sup miso, atau acar untuk penggunaan yang lama. Jamur shoro cocok dipadukan dengan kacang gingko, daun mitsuba, edamame, wortel, bakso ikan, udang, ayam, tahu, telur, mirin, dan mi ramen. Jamur ini memiliki umur simpan yang pendek dan harus digunakan segera setelah panen.

Info Etnis / Budaya


Di Jepang, jamur Shoro yang telah digunakan selama berabad-abad merupakan salah satu jamur yang paling banyak dikonsumsi di pulau ini sekitar dua ratus tahun yang lalu. Sejak itu, varietas ini menurun di alam liar karena perusakan hutan, tetapi masih dianggap sebagai makanan lezat dan digunakan dalam hidangan musiman di restoran Jepang kelas atas. Pembudidayaan jamur Shoro juga dimulai pada tahun 1980-an sebagai upaya peningkatan ketersediaan dan sekarang sedang dibudidayakan di Selandia Baru. Meskipun produksi meningkat, beberapa konsumen Jepang mengklaim bahwa jamur Selandia Baru tidak memiliki rasa yang kaya seperti jamur asli Jepang dan menolak untuk membeli Shoros non-asli.

Geografi / Sejarah


Jamur shoro adalah jamur asli Jepang. Pertama kali muncul dalam catatan yang berasal dari abad ke-17, atau era Edo di Jepang, jamur Shoro dikonsumsi secara luas pada abad ke-19 sebagai makanan lezat dan dapat ditemukan berlimpah di distrik Osaka dan Kyoto. Jamur tersebut kemudian diangkut ke Selandia Baru melalui inang pohon pinus yang ditanamkan dengan spora jamur Shoro dan telah berhasil tumbuh di sana sejak akhir 1990-an. Saat ini, jamur mirip truffle ini juga dapat ditemukan di toko grosir khusus di hutan pinus pesisir Amerika Serikat, Eropa, dan Australia.



Pesan Populer