Apel Kayu

Wood Apples





Deskripsi / Rasa


Apel kayu tampak seperti kelapa kecil, dengan diameter rata-rata 5 hingga 12 sentimeter, dan memiliki cangkang keras, berkayu, berwarna putih-coklat muda dengan konsistensi kasar mirip kulit pohon. Kulitnya juga memiliki lubang kecil di bagian atas buah yang dulunya terhubung dengan pohon, di mana ia mengeluarkan aroma mentega yang menyengat yang sering disamakan dengan keju biru. Hampir tidak mungkin untuk menentukan kematangan buah hanya dari penampilannya saja. Untuk menguji kematangan, buah dijatuhkan ke tanah dari ketinggian sekitar satu kaki, dan jika buah memantul, berarti belum masak. Daging atau daging apel Kayu berwarna gading saat belum matang, berubah menjadi cokelat jingga atau cokelat tua seiring bertambahnya usia. Saat kulitnya retak, dagingnya memiliki konsistensi lengket, bertepung, dan lembut. Di dalam dagingnya ada biji putih yang bisa dimakan, renyah, dan sesekali berserat. Apel kayu memiliki rasa manis, asam, dan asam yang kompleks, seperti asam, eggnog, kismis, dan keju tajam.

Musim / Ketersediaan


Apel kayu tersedia di akhir musim panas hingga musim dingin atau setelah musim hujan di Asia.

Fakta Terkini


Apel kayu, yang secara botani diklasifikasikan sebagai Limonia acidissima, adalah buah bercangkang keras yang termasuk dalam keluarga Rutaceae. Ada dua varietas Apel Kayu yang lebih besar, varietas yang lebih umum dan varietas yang lebih kecil yang dikenal karena sifat asamnya, ditemukan di seluruh Asia dan Asia Tenggara. Apel kayu sangat disukai di India dan Sri Lanka karena rasanya yang unik dan sifat pemurniannya. Buah yang pedas juga dikenal dengan banyak nama berbeda di pasar lokal, termasuk apel Gajah, Buah monyet, Ma-khwit dalam bahasa Thailand, Kaith dalam bahasa Hindi, Katbel dalam bahasa Bengali, Gelinggai di Malaya, dan Kramsang dalam bahasa Kamboja. Penting untuk dicatat bahwa apel kayu terkadang disalahartikan dengan buah bael dan mungkin disebut bael di pasar lokal, tetapi kedua buah tersebut adalah spesies yang berbeda.

Nilai gizi


Apel kayu merupakan sumber beta-karoten yang sangat baik, yang diubah menjadi vitamin A dalam tubuh untuk membantu memperbaiki warna kulit dan melindungi dari kehilangan penglihatan. Buah ini juga merupakan sumber riboflavin, kalsium, zat besi, fosfor, dan mengandung beberapa vitamin C. Dalam pengobatan Ayurveda, apel kayu bersifat mendinginkan, memurnikan buah, dipercaya dapat membantu merangsang pencernaan dan membersihkan hati dan ginjal. Buah ini juga dianggap memiliki sifat antimikroba untuk menenangkan tenggorokan dan membantu menyembuhkan sengatan atau gigitan serangga.

Aplikasi


Apel kayu biasanya dikonsumsi segar, lepas tangan, dan dapat dibuka dengan menggunakan punggung pisau atau dihancurkan di tanah. Setelah dibuka, dagingnya diambil dan dimakan apa adanya, atau bisa juga ditaburi gula untuk rasa yang lebih manis. Di Sri Lanka, dagingnya populer dicampur dengan santan dan gula aren untuk menghasilkan minuman yang manis dan sedikit asam, yang merupakan minuman favorit untuk cuaca panas. Apel kayu juga digunakan untuk membumbui smoothie dan shake, dicampur menjadi es krim, atau dimasak menjadi selai, chutney, dan jeli. Di desa-desa pedesaan Asia Tenggara, apel Kayu yang belum matang terkadang diiris tipis dan dicelupkan ke dalam saus terasi, bawang merah, rempah-rempah, dan cabai. Apel kayu cocok dengan jeruk seperti jeruk nipis, jeruk nipis, jeruk, dan lemon, cabai, bawang, kapulaga, dan asam. Apel Kayu utuh yang belum dibuka dapat disimpan pada suhu kamar hingga sepuluh hari atau disimpan di lemari es selama 1-2 bulan. Setelah dibuka, dagingnya harus segera dikonsumsi untuk kualitas terbaik, atau bisa juga dibekukan dalam campuran jus lemon hingga enam bulan.

Info Etnis / Budaya


Di India, apel kayu adalah buah populer yang didedikasikan untuk dewa Hindu Ganesha selama festival Ganesh Chaturthi, juga dikenal sebagai Vinayaka Chaturthi. Acara sepuluh hari ini dirayakan setiap tahun pada berbagai tanggal di musim gugur, menurut kalender bulan, dan dikenal dengan pertemuan publiknya yang megah. Kota-kota di seluruh India membuat kuil sementara Ganesha dan menampilkan kuil tersebut sebagai bentuk pemujaan untuk merayakan ulang tahun dewa. Ganesha adalah dewa berkepala gajah, yang dikenal memiliki lebih dari seratus nama berbeda, dan diyakini memberikan kebijaksanaan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Selama festival, apel kayu ditempatkan di kaki kuil Ganesa, karena diyakini sebagai salah satu dari lima buah favorit dewa. Apel kayu juga ditata di tumpukan dekoratif di atas meja di rumah untuk menawarkan camilan keluarga dan teman saat berpartisipasi dalam perayaan. Buah biasanya digunakan segar atau dicampur menjadi minuman, dan kulit buahnya digunakan sebagai mangkuk kecil dan asbak.

Geografi / Sejarah


Apel kayu berasal dari wilayah Asia dan Asia Tenggara dan telah tumbuh liar sejak zaman kuno. Referensi pertama apel Kayu ditemukan dalam “Hinduism: An Alphabetical Guide,” yang merupakan teks yang berasal dari tahun 1 SM. Buah awalnya dianggap sebagai 'makanan orang miskin,' tetapi pada pertengahan abad ke-20, buah ini menjadi penyedap rasa, bantuan pencernaan, dan buah yang disukai untuk dipersembahkan kepada dewa. Hari ini Apel kayu tetap menjadi buah yang menonjol yang ditemukan di pasar di seluruh India dan Sri Lanka dan sering dibudidayakan di sepanjang tepi jalan dan ladang pertanian. Pohon buah-buahan juga tumbuh subur di Thailand, Malaysia, Kamboja, Bangladesh, Pakistan, dan Jawa.


Ide Resep


Resep yang termasuk Apel Kayu. Satu paling mudah, tiga lebih sulit.
Resep Sanjeev Kapoor Kayu Apel Chutney

Pesan Populer